Kippy Bengkulu

GLOBAL WARMING DAN KEPUNAHAN PERADABAN MANUSIA


20.51 |

Ketika perang dunia ketiga akan berdampak pada kepunahan peradaban manusia, isu ini akan semakin hilang dengan Pemanasan Global yang menurut para ahli akan berdampak pada hilangnya 1/3 daratan sebagai dampak mencairnya es di kutup utara (grend land), hal ini lebih disebabkan karena dengan meningkatnya suhu bumi dan berdampak pada meningkatnya suhu pada permukaan laut. Lautan yang mendominasi 70% dari luasan bumi dan merupakan sumber uap dalam menyimpan panas secara efisien. Ketika panas berkumpul penguapan awan akan meningkat, dan hal ini akan menyebabkan meningkatnya penguapan air sebagai akibat suhiu udara yang panas dan menyebabkan daratan es dan lautan es menjadi mencair.
Berdasarkan konfrensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC) mengatakan dalam 100 tahun terakhir tempratur global meningkat menjadi 0,7 derajat Celsius dan diperkirakan akan meningkat hingga 30 celsius pada tahun 2100, ha ini terjadi jika praktek produksi dan konsumsi tidak berubah.
Sistem penghitungan emisi dimulai sejak revolusi industri, lalu tumbuh secara eksponensial pada akhir abad ke 20. pada dasarnya hampir setiap kegiatan manusia menghasilkan emisi gas-gas rumah kaca di atmosfir bumi, komponen terbesar adalah karbondioksida (CO2) yang berdampak pada penebalan CO2 disamping gas metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O). diatmosfir dan berdampak pada meningkatnya temperatur suhu muka bumi. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya pemanasan global yang saat ini menjadi isu internasional.Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh manusia.
Selain faktor alam perubahan iklim yang terjadi juga dipengaruhi oleh berbagai aktifitas manusia yang menyebabkan meningkatnya efek rumah kaya yang berlebihan dan memberikan dampak negatif pada kehidupan manusia dan lingkungannya. Aktifitas industri, deforestasi, pertanian, limbah, pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menyerap radiasi matahari dan memancarkannya kembali ke bumi yang berdampak meningkatnya suhu panas bumi (global warming). (seri konvensi internasional lingkungan, walhi 1999).
Dalam 17 tahun terakhir tingkat emisi di 10 negara maju naik hingga 87,9%, kecuali Jerman, Rusia, dan Polandia. Ringkasnya emisi karbon di USA mencapai 20,01 ton perkapita pertahun, Australia 19,36, Kanada 18,4, Jepang 9,37, China 3,6, Brazil 1,83, Indonesia 1,40 (karena kebakaran hutan), India 1,02 dan Banglades 0,27 (kompas, mingggu 1 Detember 2007).

Konvensi Perubahan Iklim.
Pada dasarnya konvensi perubahan iklim memiliki tujuan untuk mencapai kestabilan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir pada tingkat yang dapat mencegah kondisi iklim yang dapat membahayakan kehidupan manusia dengan harapan ekosistem yang ada dapat beradaptasi dari perubahan iklim.
Pertemuan para pihak (COP) dalam membicarakan pemanasan global tidak hanya dilakukan sekali saja, akan tetapi hingga saat ini telah dilakukan sebanyak 4 kali.
1. COP 1, dilakukan di berlin, Jerman barat, pada bulan maret 1995
Dengan hasil bahwasannya negara berkembang berkewajiban untuk mengembalikan emisi gas rumah kaca kepada tingkat tahun 1990 di tahun 2000 sesuai dengan tujuan konvensi dan menyiapkan protokol yang berisikan tambahan kewajiban negara-negara berkembang untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.


2. COP 2, dilaksanakan di jenewa Swiss, juli 1996
Pada pertemuan ini 160 negara berkembang telah menjadi pihak pada persiapan COP. Dan hasil pada konvensi ini menekankan pada tindakan sesegera mungkin untuk melindungi iklim, memperbaharui dan memperkuat pelaksanaan komitment.
3. COP 3, dilaksanakan di Kyoto jepang, desember 1997
Disepakati tentang kerangka kerja konvensi PBB tentang perubahan iklim (united nations framework konvention on climate change). Dalam pertemuan ini adalah bahwa negara-negara hendaknya mengurangi emisi (GRK/gas-gas rumah kaca) paling sedikit 5% dibawah tingkat emisi GRK tahun 1990 pada priode 2008 – 2012.
Namun pada pertemuan di kyoto jepang ini tidak dihasilkan sangsi tegas terhadap negara 2 maju yang melanggar kesepakatan bersama ini.
4. COP 4, di Buenos Aires, Argentina, November 1998
COP di argentina (buenos aires) lebih menekankan pada
1. keadilan
2. tuntunan negara berkembang untuk memiliki komitmen membatasi emisi gas rumah kaca (bukan mengurangi) negara-negara maju khususnya USA.
3. hutan dan tata guna lahan
4. Clean development mechanism (CDM)
5. pinalti kepada negara-negara maju yang tidak biasa memenuhi komitmennya

Konvensi Perubahan Iklim Di Bali indonesia, Desember 2007
Pada dasarnya konvensi yang dilaksanakan di Bali juga bertujuan bagi para pihak (CPO) untuk mendiskusikan perubahan iklim yang terus berada diambang kritis, meningkatnya emisi rumah kaca yang berada diluar perkiraan para ilmuan, ini lebih disebabkan pada meningkatnya karbon sebagai akibat dari perkembangan industri yang tidak ramah lingkungan disamping hilangnya sebahagian besar hutan dunia. Konvensi perubahan iklim atau Pertemuan para pihak (CPO) yang dilakukan terkait dengan perubahan iklim justru menyebabkan peningkatan suhu bumi diambang kritis bukan semakin berkurang. Hal ini terlihat dari meningkatnya suhu bumi yang berdampak pada mencairnya ± 2 juta ton es di greend land.
Pertemuan di Bali sebenarnya sangat penting dalam memutuskan sebuah kerangka kerja bersama dunia dalam menghadapi dan mencari solusi dalam menangani isu pemanasan global.
Hal yang menarik dari isu pertemuan besar para pihak dari seluruh dunia di Bali adalah isu karbontrad mengenai kompensasi yang harus dibayar negara-negara maju terhadap keberadaan hutan, secara ekonomi jelas hal ini mungkin menguntungkan bagi negara-negara pemilik hutan, akan tetapi pertanyaan besar justru muncul apakah upaya ini dapat menekan pemanasan global yang terjadi. Dalam pertemuan dibali yang berakhir pada 14 desember 2007 tidak diperoleh kesepakatan para pihak atau yang lebih dikenal Peta Jalan Bali dalam menekan pemanasan global.

Kepentingan Dunia Terhadap Hutan Indonesia.
Keberadaan hutan indonesia yang saat ini menjadi kebutuhan internasional dalam menekan pemanasan global tentunya menjadi hal yang sangat penting untuk dilestarikan, hal ini sebagai mana yang kita ketahui bersama bahwasanya hutan memiliki fungsi untuk mengelola karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) dengan proses fotosintesisnya. Akan tetapi upaya pelestarian hutan tentunya tidaklah berimbang dengan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dunia, khususnya negara-negara maju dan negara berkembang.
Upaya menekan pemanasan global tentunya harus dilakukan oleh para pihak, seperti negara-negara maju dan negara berkembang dalam menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri-industri (ramah lingkungan). Upaya pelestarian lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab Indonesia akan tetapi menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai mahluk yang ingin hidup lebih lama di Planet yang bernama Bumi ini.

Arogansi AMERIKA memicu meningkatnya pemanasan global.
Amerika dan beberapa negara maju memiliki peran besar dalam menyumbang meningkatnya pemanasan global dibumi, hal ini terlihat pada konvensi di kiyoto jepang dan konvensi di Buenos Aires bahwasannya amerika tidak akan mengurangi emisi rumah kaca di negaranya akan tetapi amerika menginginkan agar negara-negara berkembang dapat membatasi emisi rumah kaca, skenario ini sebenarnya bertujuan agar negara-negara yang mengeluarkan emisi di bawah ambang batas ketentuan, dapat dimanfaatkan oleh negara-negara maju khususnya amerika serikat, pada konvensi di Bali pun amerika sebagai negara super power tetap bersikukuh untuk tidak menurunkan emisi gas yang dihasilkan dari industri mereka, hal ini menurut para ekonom dan pakar lingkungan lebih dipicu kepada biaya yang besar untuk melakukan reformasi industri di amerika dan menurunnya penguasaan ekonomi dunia, dan dalam pertemuan di bali pun amerika tetap bersikukuh tidak akan menurunkan emisi yan dihasilkan oleh negara super power ini.

Kemiskinan Sebagai Dampak Pemanasan Global.
Pemanasan global tidak hanya berdampak pada kondisi lingkungan dan bumi saja akan tetapi pemanasan global juga berdampak pada pemiskinan masyarakat yang secara harfiah memiliki ketergantungan sangat besar kepada lingkungan.
Pemanasan globalpun juga dirasakan oleh masyarakat petani, hal ini lebih disebabkan pada perubahan musim yang terjadi dimana masa tanam yang biasa dilakukan oleh para petani pada bulan agustus s.d desember. tapi saat ini tidak dapat dipastikan seperti dulu. Hal senada juga disampaikan oleh beberapa orang petani di propinsi bengkulu khususnya dikabupaten kaur yang mengatakan bahwasannya masa tanam padi (khususnya petani sawah dilahan kering) tidak dapat lagi seperti dahulu hal ini dikarenakan ketergantungan petani dilahan kering sangatlah bergantung pada curah hujan yang tak dapat dipastikan datangnya, selain itu resiko kekurangan pangan menjadi ancaman serius hal ini karena banyak areal prersawahan di hilir sungai yang tertimbun sebagai akibat dari sedimentasi tanah/lumpur yang di bawa banjir dan menyebabkan unsur hara tanah menjadi hilang, disamping itu pemanasan global juga telah menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah, bencana alam seperti banjir, tanah longsor, erosi, dan naiknya air laut yang berdampak pada ancaman bagi masyarakat dipesisir pantai dan rusaknya ekosistem laut.
Degradasi lingkungan menjadi salah satu penyebab meningkatnya permasalahan sosial yang ada dimasyarakat. Hal ini terlihat dari terjadinya perubahan mata pencarian masyarakat dari bertani menjadi buruh-buruh kasar di daerah-daerah maju dan bukan tidak mungkin juga menyebabkan meningkatnya kriminalisme di masyarakat, disamping itu konflik horizontal tak mungkin terhindarkan ketika kepentingan masyarakat semakin mahal untuk mereka konsumsi, seperti kesedian air bersih yang semakin langkah dan menjadi mahal.


Global Warning Menyebabkan Air Laut Naik ± 3-5 Meter Kepermukaan Pantai Bengkulu.
Sebuah gejala alam yang mungkin hampir luput dari perhatian kita yang sering menikmati keindahan pantai bengkulu adalah naiknya air laut dikawasan pantai bengkulu telah menyebabkan hilangnya daratan dikawasan pantai bengkulu sejauh ± 3-5 meter. Peningkatan suhu bumi harus diakui sebagai salah satu yang menyebkan air laut. Jika dalam 10 tahun terakhir wilayah pesisir mengalami kehilangan daratan mencapai 5 meter maka bukan tidak mungkin dalam kurun waktu 10 tahun kedepan air laut akan sampai kepada jalan yang membelah kawasan pantai bengkulu (amati pantai bengkulu).
Berbeda menurut masyarakat di sekitar pinggiran pantai dikabupaten kaur kecamatan tanjung iman dalam kurun waktu 20 tahun wilayah daratan di sepanjang pantai seiring dengan abrasi pantai yang terjadi diwilayah ini air laut telah naik kepermukaan hingga 25 meter ke daratan.
Hilangnya kawasan penyanggah di kawasan pesisir pantai Bengkulu justru akan memicu peningkatan air laut semakin cepat hal ini dikarenakan tidak ada tumbuhan/tanaman yang dapat menahan degradasi kawasan pesisir.

ADA PERTANYAAN BESAR YANG SEHARUSNYA KITA TANYAKAN PADA DIRI KITA SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP KEHANCURAN BUMI? DAN SIAPA PULA YANG BERTANGGUNG JAWAB MENJAGANYA?
DAN MUNGKIN MARI BERSAMA KITA NYATAKAN PERANG KEPADA USAHA-USAHA PERUSAKAN LINGKUNGAN.
“ MARI SELAMATKAN BUMI YANG HANYA SATU”

Dari berbagai sumber.


You Might Also Like :


0 komentar: